Zaman paleolitikum disebut zaman batu tua, karena alat-alat batu buatan manusia masih dikerjakan secara kasar, tidak diasah atau dipolis. Dilihat dari sudut mata pencahariannya periode ini disebut masa berburu dan meramu makanan tingkat sederhana. Makhluk hidup yang muncul selain manusia purba pada zaman paleolothikum yaitu mikroorganisme, ikan, amfibi, reptil, dan binatang yang tidak bertulang punggung.
Ciri-ciri zaman paleolithikum:
1. Penemuan fosil manusia purba
2. Penemuan alat batu dan kapak genggam yang masih sangat kasar dan belum dihaluskan
3. Penemuan alat dari tulang
Sebelum bertempat tinggal manusia sudah mempunyai kemampuan untuk membuat alat-alat yang berasal dari batu dan
tulang. Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya temuan alat-alat batu yang sudah ada sejak jaman paleolithikum (batu tua). Tidak menutup kemungkinan alat yang berasal dari kayu sudah dibuat, namun dikarenakan sifat dari kayu yang tidak tahan lama, sehingga alat kayu tersebut hancur dimakan usia. Alat-alat dari masa ini bercirikan masih sangat sederhana, belum diasah dan menggunakan teknik droping system. Teknik droping system, yaitu memukulkan batuan yang satu dengan yang lain sehingga diperoleh bentuk yang diinginkan. Jadi alat dari masa paleolithikum ini tidak sengaja dibuat permanen, tapi dibuat berdasarkan kebutuhan pada saat itu. Seiring perkembangan pola pikir manusia, alat-alat yang digunakan manusia juga mengalami perkembangan, dari yang semula sangat sederhana tidak diasah menjadi diasah, bahkan dibuat dari bahan yang indah dan bagus. Alat-alat yang indah ini sebagian besar merupakan benda pusaka dan kemungkinan juga digunakan alat pertukaran. Hal ini dapat dilihat dari tidak adanya bekas pemakaian pada alat-alat tersebut. Sampai sekarang dalam kepercayaan masyarakat kita masih mengenal kepercayaan akan kekuatan batu yang indah, seperti batu permata dan lain sebagainya (Poesponegoro, 1993 : 178 - 180).
Bakat ini melekat semenjak kedatangan manusia pertama di Gunung Kidul, yaitu ras Australomelanesid yang bermigrasi dari Pegunungan Sewu di Pacitan (Jawa Timur) melewati lembah-lembah karst Wonogiri (Jawa Tengah) hingga mencapai pesisir pantai selatan Gunung Kidul melalui jalur Bengawan Solo purba. Diperkirakan ini berlangsung mulai akhir periode pleistosen.
Ciri-ciri zaman paleolithikum:
1. Penemuan fosil manusia purba
2. Penemuan alat batu dan kapak genggam yang masih sangat kasar dan belum dihaluskan
3. Penemuan alat dari tulang
Sebelum bertempat tinggal manusia sudah mempunyai kemampuan untuk membuat alat-alat yang berasal dari batu dan
tulang. Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya temuan alat-alat batu yang sudah ada sejak jaman paleolithikum (batu tua). Tidak menutup kemungkinan alat yang berasal dari kayu sudah dibuat, namun dikarenakan sifat dari kayu yang tidak tahan lama, sehingga alat kayu tersebut hancur dimakan usia. Alat-alat dari masa ini bercirikan masih sangat sederhana, belum diasah dan menggunakan teknik droping system. Teknik droping system, yaitu memukulkan batuan yang satu dengan yang lain sehingga diperoleh bentuk yang diinginkan. Jadi alat dari masa paleolithikum ini tidak sengaja dibuat permanen, tapi dibuat berdasarkan kebutuhan pada saat itu. Seiring perkembangan pola pikir manusia, alat-alat yang digunakan manusia juga mengalami perkembangan, dari yang semula sangat sederhana tidak diasah menjadi diasah, bahkan dibuat dari bahan yang indah dan bagus. Alat-alat yang indah ini sebagian besar merupakan benda pusaka dan kemungkinan juga digunakan alat pertukaran. Hal ini dapat dilihat dari tidak adanya bekas pemakaian pada alat-alat tersebut. Sampai sekarang dalam kepercayaan masyarakat kita masih mengenal kepercayaan akan kekuatan batu yang indah, seperti batu permata dan lain sebagainya (Poesponegoro, 1993 : 178 - 180).
Bakat ini melekat semenjak kedatangan manusia pertama di Gunung Kidul, yaitu ras Australomelanesid yang bermigrasi dari Pegunungan Sewu di Pacitan (Jawa Timur) melewati lembah-lembah karst Wonogiri (Jawa Tengah) hingga mencapai pesisir pantai selatan Gunung Kidul melalui jalur Bengawan Solo purba. Diperkirakan ini berlangsung mulai akhir periode pleistosen.
Jalur Sungai Bengawan Solo purba yang telah mengering setelah mengalami tiga kali pengangkatan pada jutaan tahun sebelumnya menjadi jalur masuk menuju Gunung Kidul. Anak- anak sungainya sebagai jalur menuju ke goa-goa sebagai hunian baru di kawasan pedalaman.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar