Situs Sokoliman merupakan situs purbakala yang merupakan peninggalan masyarakat pada Jaman Pra Aksara khususnya masa Megalitikum. Oleh karena itu benda-benda yang ditemukan di situs ini yang paling banyak adalah terbuat dari batu seperti peti kubur batu, patung batu dan menhir. Selain itu juga ditemukan perhiasan/ manik-manik. Kondisi situs ini sangat terawat karena selain ada juru kuncinya juga disekelilingnya telah dipagar besi sehingga keamanan sangat terjaga. Dalam berbagai studi kepurbakalaan situs ini dapat dikatakan terlengkap di Gunungkidul sehingga banyak dipakai sebagai pusat studi lapangan baik pelajar maupun mahasiswa.
Situs Sokoliman ini menurut catatan Balai Arkeologi Yogyakarta termasuk salah satu Cagar Budaya Situs Megalitikum yang sporadis tersebar di kawasan Gunungkidul. Benar memang, wujud fisik situs ini hanyalah berupa kumpulan batu-batu yang saat ini sudah tertata rapi dan diberi kode identifikasi di atas tanah yang sudah diratakan dan diberi batas dengan concrete-blok.
Tercatat ada arkeolog Belanda bernama JL Moens yang melakukan riset pada tahun 1934 dan dilanjutkan oleh van Der Hoop pada tahun selanjutnya.[1] Informasi terakhir, Balai Arkeologi Yogyakarta dan Departemen Arkeologi Fakultas Sastra dan Budaya UGM juga pernah melakukan penelitian lanjutan di Situs Arkeologis Kawasan Sokoliman dan Kawasan Gunungbang sekitar 3 km di selatan situs ini. Di Gunungkidul, sebaran situs megalitikum memang mencakup beberapa lokasi yang tampaknya berpola tidak jauh-jauh berada di sepanjang aliran Kali Oya. Tercatat beberapa situs seperti di Gondang, Sokoliman, Gunungbang, Kajar, Wonobuda, dan Bleberan. Diluar DAS Oya memang terdapat pula situs megalitikum, seperti di Goa Braholo di daerah selatan Gunungkidul. Hasil riset yang dilakukan tahun 1934 tersebut menunjukkan bahwa situs-situs megalitikum termasuk Situs Sokoliman ini teridentifikasi sebagai kompleks kubur peti batu. Pada kubur peti batu di Kajar ditemukan 35 individu bertumpukan pada kedalaman 80cm dengan bekal kubur beberapa alat dari besi berupa arit. Temuan lain berupa cincin perunggu dan sebuah mangkok terakota (gerabah). Pada salah satu rangka malah ditemukan sebilah pedang besi yang telah patah yang dipegang tangan kiri, sementara pada pedang itu sendiri melekat bekas-bekas tenunan yang kasar. Kubur peti batu yang ditemukan di Bleberan berisi 3 individu yang bertumpukan dalam posisi telentang dengan kepala di sebelah utara. Tiga buah benda besi terletak di atas dada rangka yang paling atas, cincin tembaga, pisau besi, dan beberapa manik tersebar di antara rangka itu.
Situs Megalitik Sokoliman Terletak di Dusun Sokoliman Desa Bejiharjo Kecamatan Karangmojo. Situs ini terbentuk pada periode prasejarah berupa menhir, fragmen menhir dan dinding kubur batu. Tahun 1934 Jl Moens dan Van der Hoop mengadakan penelitian di Situs Sokoliman dengan menemukan bekal kubur yang berbentuk manik-manik, alat-alat besi, fragmen gerabah dan benda-benda perunggu. Tahun 1989 BP3 (Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala) Provinsi DIY melakukan pembenahan mengumpulkan menhir yang berserakan dan masyarakat sekitar menyebut peninggalan megalitikum ini dengan nama Kuburan Budho. Dalam masa megalitik menhir merupakan perwujudan tokoh masyarakat yang telah meninggal dunia selain itu juga berfungsi sebagai medium pemujaan kepada roh nenek moyang. Budaya megalitik Sokoliman mempunyai keistimewaan terutama pada menhirnya, yaitu pada bagian atas dipahat raut muka manusia.
Situs Sokoliman ini menurut catatan Balai Arkeologi Yogyakarta termasuk salah satu Cagar Budaya Situs Megalitikum yang sporadis tersebar di kawasan Gunungkidul. Benar memang, wujud fisik situs ini hanyalah berupa kumpulan batu-batu yang saat ini sudah tertata rapi dan diberi kode identifikasi di atas tanah yang sudah diratakan dan diberi batas dengan concrete-blok.
Tercatat ada arkeolog Belanda bernama JL Moens yang melakukan riset pada tahun 1934 dan dilanjutkan oleh van Der Hoop pada tahun selanjutnya.[1] Informasi terakhir, Balai Arkeologi Yogyakarta dan Departemen Arkeologi Fakultas Sastra dan Budaya UGM juga pernah melakukan penelitian lanjutan di Situs Arkeologis Kawasan Sokoliman dan Kawasan Gunungbang sekitar 3 km di selatan situs ini. Di Gunungkidul, sebaran situs megalitikum memang mencakup beberapa lokasi yang tampaknya berpola tidak jauh-jauh berada di sepanjang aliran Kali Oya. Tercatat beberapa situs seperti di Gondang, Sokoliman, Gunungbang, Kajar, Wonobuda, dan Bleberan. Diluar DAS Oya memang terdapat pula situs megalitikum, seperti di Goa Braholo di daerah selatan Gunungkidul. Hasil riset yang dilakukan tahun 1934 tersebut menunjukkan bahwa situs-situs megalitikum termasuk Situs Sokoliman ini teridentifikasi sebagai kompleks kubur peti batu. Pada kubur peti batu di Kajar ditemukan 35 individu bertumpukan pada kedalaman 80cm dengan bekal kubur beberapa alat dari besi berupa arit. Temuan lain berupa cincin perunggu dan sebuah mangkok terakota (gerabah). Pada salah satu rangka malah ditemukan sebilah pedang besi yang telah patah yang dipegang tangan kiri, sementara pada pedang itu sendiri melekat bekas-bekas tenunan yang kasar. Kubur peti batu yang ditemukan di Bleberan berisi 3 individu yang bertumpukan dalam posisi telentang dengan kepala di sebelah utara. Tiga buah benda besi terletak di atas dada rangka yang paling atas, cincin tembaga, pisau besi, dan beberapa manik tersebar di antara rangka itu.
Situs Megalitik Sokoliman Terletak di Dusun Sokoliman Desa Bejiharjo Kecamatan Karangmojo. Situs ini terbentuk pada periode prasejarah berupa menhir, fragmen menhir dan dinding kubur batu. Tahun 1934 Jl Moens dan Van der Hoop mengadakan penelitian di Situs Sokoliman dengan menemukan bekal kubur yang berbentuk manik-manik, alat-alat besi, fragmen gerabah dan benda-benda perunggu. Tahun 1989 BP3 (Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala) Provinsi DIY melakukan pembenahan mengumpulkan menhir yang berserakan dan masyarakat sekitar menyebut peninggalan megalitikum ini dengan nama Kuburan Budho. Dalam masa megalitik menhir merupakan perwujudan tokoh masyarakat yang telah meninggal dunia selain itu juga berfungsi sebagai medium pemujaan kepada roh nenek moyang. Budaya megalitik Sokoliman mempunyai keistimewaan terutama pada menhirnya, yaitu pada bagian atas dipahat raut muka manusia.
Sumber:
1. BP3 (Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Provinsi) DIY
2. Catatan Balai Arkeologi Yogyakarta
3. Sartono Kartodirdjo, Marwati Djoened Poesponegoro, Nugroho Notosusanto. 1975. Sejarah Nasional Indonesia I. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
[1] Sartono Kartodirdjo, dkk. Sejarah Nasional Indonesia I. (Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan). 1975.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar